Resensi Novel: Satu Per Tiga
Judul : Satu Per Tiga
Penulis : Ryandi Rachman
Editor : Syafial Rustama & Nila
Suri
Profreader : Moh. Ridho
Penata Letak : Fin Riana
Desain Sampul : Gita Mariana
Cetakan : Pertama, Mei 2013
Penerbit : Bukune
Tebal Buku : 258 halaman
Ukuran Buku : 13 cm x 19 cm
Sesuai dengan judulnya, novel
Satu Per Tiga ini menceritakan tentang persahabatan antara tiga orang cowok. Di
dalam persahabatan itu, terikat Sambas, Kundil dan Baim. Sambas adalah siswa
yang berprestasi dibidang olahraga yaitu bulu tangkis, dia juga orang yang
paling pecicilan di antara yang lainnya, selain itu, Sabas juga orang yang
paling frontal jika berbicara. Baim adalah anak yang paling polos diantara yang
lainnya, tidak jarang karena kepolosannya itu yang menyebabkan kedua temannya
tertawa, selain itu Baik juga orang yang sangat serius diantara ketiganya.
Kundil adalah siswa yang berprestasi di bidang seni, namun, Kundil lah yang
paling bisa menenangkan kedua temannya yang selalu berselisih paham. Persahabatan
mereka dimulai sejak duduk di bangku SMA. Mereka terkenal dengan siswa yang
sering membuat masalah, keluar-masuk ruang BP sudah menjadi hal yang biasa bagi
mereka. Namun, prestasi yang mereka sumbangkan untuk sekolah tidak kalah
seringnya. Prestasi mereka membuat mereka bertahan di sekolah tersebut.
Setelah menyelesaikan bangku SMA,
mereka terpisah karena kuliah di tempat yang berbeda. Tidak banyak waktu yang
mereka dapatkan untuk mengumpul bersama seperti SMA, karena disibukkan dengan
tanggung jawab sebagai mahasiswa. Saat libur kuliah tiba, mereka merencanakan
untuk pergi ke Karimun Jawa. Untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan pun
tidak mudah, mereka harus melawan badai di tengah laut.
Satu Per Tiga merupakan novel
yang tidak hanya menampilkan cuplikan akan indahnya Karimun Jawa, namun di
dalamnya terdapat unsur persahabatan yang sangat melekat antara tiga cowok
tersebut. Penulis menceritakan bahwa ketiga cowok tersebut benar-benar
menampilkan keburukan dan kebaikannya masing-masing pada sahabatnya tanpa ada
rasa malu. Penulis seolah menunjukkan bahwa persahabatan itu tidak harus
menjadi orang lain agar terlihat lebih baik, tetapi cukup menjadi diri sendiri apa
adanya dan itu akan menjadi keunikan dari pribadi masing-masing manusia. Persahabatan
sejati tidak akan membiarkan sahabatnya sendirian karena sesungguhnya di dalam
persahabatan akan terjalin kebersamaan, ikatan batin dan saling mendukung. Percayalah, di dunia ini tidak ada sepatah
kata pun yang mampu melukiskan indahnya persahabatan.
Di dalam novel ini, kita
diberikan lelucon yang tentunya akan mengundang tawa yang menggelitik. Leluconnya
pun dibuat secara nyata jadi tidak terkesan memaksa untuk melucu. Bahasa yang
digunakan oleh penulis pun mudah dipahami karena menggunakan bahasa
sehari-hari. Namun, dari semua kelebihannya, novel ini mempunyai kekurangan
yaitu terdapatnya kalimat yang kurang sopan.
Sangat direkomendasikan untuk
para pemuda dan pecinta novel. Karena novel ini tidak hanya mempunyai unsur lelucon
yang menggelitik tetapi juga mengenalkan sebagian kecil keindahan Indonesia
yaitu Karimun Jawa. Dan juga di dalam novel ini menggambarkan kesederhanaan
persahabatan sejati yang begitu berarti.
Resensi novel ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas Ilmu Budaya Dasar dengan dosen Widio Purwani. Diharapkan dengan
meresensi novel Satu Per Tiga, dapat memberika suatu arti kebesamaan dalam
persahabatan tidak harus mempunyai kemewahan, cukup sesederhana menjadi diri
sendiri maka sahabat sejati akan selalu menjadi penyemangat diri.
Nama : Dineatama Dedi
NPM : 13214174
Kelas : 1EA22
Comments
Post a Comment